Minggu, 26 Mei 2013

SEJARAH SINGKAT TENTANG PERTUMBUHAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA RASULALLAH SAMPAI MASA ABBASSIYAH



Text Box:  Disusun oleh ;
    JACKLIN NURUL ISLAMI


 

Kata Pengantar
Tiada kata yang dapat terucap kecuali syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat pada hamba-hambanya. Hingga berkat ridho-Nya kami bisa menyelesaikan tugas ini. Sholawat dan salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran serta dukungan sangat kami butuhkan demi kesempurnaan tugas ini. Semoga makalah pendidikan agama islam tentang SEJARAH PERTUMBUHAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA RASULALLAH, KHULAFAUR ROSSYIDIN, DAULAH UMAYYAH DAN ABBASSIYAH ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua.  Wassalam.

Taliwang, 25 Mei 2013

Penulis
Daftar Isi
Cover................................... ........................................................ ..........................................................1
 Kata Pengantar........................................................................... ......................................................2
Daftar Isi................................................................................. ..............................................................3
Permasalahan............................................................................ ...........................................................4
 Latar Belakang...................................................................... ...........................................................5
 Pembahasan Masalah
A.   Sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa Rasulallah.................................5
B.   Sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa Khulafaur Rossyidin..........7
C.   Sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Umayyah............14
D.   Sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa Abbassiyah........................21
Kesimpulan.......................................................................................................................................31
Penutup.............................................................................................................................................33










Permasalahan
A.   Bagaimana sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa RASULALLAH ?
B.   Bagaimana sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa KHULAFAUR ROSYIDIN ?
C.   Bagaimana sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa DAULAH UMAYYAH ?
D.   Bagaimana sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa ABBASSIYAH ?


Latar Belakang
Perkembangan Ilmu pengetahuan dalam dimulai sejak diutusnya Rasulullah untuk menyampaikan risalah dan ajaran Islam kepada umat manusia. Seiring berjalannya waktu, para sahabat dan tabi’in mulai muncul dan dikenal masyarakat luas karena keilmuannya. Terlebih lagi ketika munculnya dinasti Umayyah dan Abbasiyah begitu pesatnya ilmu pengetahuan yang berkembang saat itu, hingga banyak sekali ilmuan dan tokoh muslim yang menghasilkan produk-produk pemikiran yang brilian. Berikut ini akan dijabarkan secara singkat perkembangan ilmu pengetahuan sejak diutusnya Rasulullah sebagai sang penyampai risalah, hingga dinasti Abbasiyah yang telah mengeluarkan begitu banyak pemikir dan ilmuan muslim.


Pembahasan Masalah

A.           Masa Rasulullah

Pada masa Rasulullah, ilmu pengetahuan lebih banyak berkembang dibidang ilmu-ilmu pokok tentang agama (ushuluddin), dan ilmu akhlak (moral). Akan tetapi ilmu – ilmu lainnya tetap berkembang walaupun tidak sepesat ilmu agama dan akhlak. Saat itu pun mulai terjadi proses pengkajian ilmu yang lebih sistematis, diantaranya dasar-dasar ilmu tafsir yang dikembangkan oleh para sahabat Rasulullah. Jika kita flashback pada waktu sebelum Islam diturunkan, bangsa Arab dikenal dengan sebutan kaum jahiliyah. Hal ini disebabkan karena bangsa Arab sedikit sekali mengenal ilmu pengetahuan dan kepandaian yang lain. Keistimewaan mereka hanyalah ketinggian dalam bidang syair-syair  jahili yang disebarkan secara hafalan (Bernard Lewis, 1996: 25 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)). Dengan kenyataan itu, maka diutuslah nabi Muhammad SAW dengan tujuan untuk memperbaiki akhlak, baik akhlak untuk berhubungan dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia. Demikian pula dalam masalah ilmu pengetahuan, perhatian Rasulallah sangat besar. Rasulullah SAW memberi contoh revolusioner bagaimana seharusnya mengembangkan ilmu. Diantara gerakan yang dilakukan Rasulullah SAW adalah dengan menggiatkan budaya membaca, yang merupakan pencanangan dan pemberantasan buta huruf, suatu tindakan awal yang membebaskan manusia dari ketidaktahuan. Membaca merupakan pintu bagi pengembangan ilmu. Rasulullah SAW juga memerintahkan kepada para sahabatnya untuk menghafal ayat-ayat al-Qur’an. Dengan cara ini dapat menjaga kemurnian dan juga media memahami ayat-ayat al-Qur’an. Disamping dengan hafalan, juga membuat tradisi menulis/ mencatat wahyu pada kulit, tulang, pelepah kurma dan lain-lain. (Sunanto, 2003:14-16 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)) Dengan bimbingan Nabi Muhammad SAW, telah mendorong semangat belajar membaca, menulis dan menghafal sehingga umat Islam menjadi umat yang memasyarakatkan kepandaian tulis-baca. Dengan semangat itulah, maka terbangun jiwa umat Islam untuk tidak hanya beriman tetapi juga berilmu, sehingga nantinya lahir sarjana-sarjana Islam yang ahli dibidangnya masing-masing. Dengan demikian dapat dimengerti , salah satu aspek dari peradaban adalah mengembangkan ilmu pengetahuan. Kalau pada masa Nabi dan Khulafau ar-Rasyidin perhatian terpusat pada usaha untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits Nabi, untuk memperdalam pengajaran akidah, akhlak,ibadah, mu’amalah dan kisah-kisah dalam Al-Qur’an, maka perhatian sesudah itu disesuaikan dengan kebutuhan zaman, tertuju pada ilmu-ilmu yang diperoleh dari bangsa-bangsa sebelum munculnya Islam.(Sunanto,2003:38 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)) Peradaban Islam memiliki tiga pengertian yang berbeda. Pertama, kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam suatu periode kekuasaan Islam, mulai dari periode Nabi Muhammad SAW. sampai perkembangan peradaban Islam masa setelahnya. Kedua, hasil-hasil yang dicapai oleh umat Islam dalam lapangan kesusasteraan, ilmu pengetahuandan kesenian. Ketiga, kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan hidup Islam, terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup kemasyarakatan. (Munthoha, 1998:14 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009)) Pertumbuhan ilmu pengetahuan telah terjadi sejak Rasulullah mendakwahkan agama islam, wahyu pertamanya yaitu surat Al – alaq ayat 1-5 bercerita tentang dasar – dasar ilmu pengetahuan, didalam wahyu tersebut terdapat perintah untuk membaca, Allah pun menegaskan bahwa hakikat ilmu datangnya dari Allah dan awalnya manusia tidak mengetahui apa – apa. Kata Iqra’ pada ayat ke-1 surat Al- alaq memiliki makna yang beragam, seperti menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, membaca baik teks maupun bukan teks.
B.           Masa Khulafaur Rosyidin
Secara umum periode Khulafaur Rasyidin (pemimpin yang tercerahkan) dikenal sebagai periode yang sangat penting bagi kelangsungan hidup umat Islam. Penting karena pada periode ini terjadi perisiwa-peristiwa theologis dan politik yang sangat berpengaruh bagi eksistensi Islam. Dalam sisi theologis berkembang satu persepsi tentang berakhirnya masa kenabian Muhammad SAW dan juga ajarannya, dengan demikian fungsi kenabian Muhammad SAW  tidak dapat digantikan oleh siapapun, sedangkan ajarannya dapat dikembangkan terus menerus sepanjang jaman, termasuk didalamnya adalah fungsi kepemimpinan politiknya.
Zaman Khulafaur Rosyidin terdiri dari 4 Khalifah yaitu :
Abu Bakar Ash Shidiq
Naiknya Abu Bakar ke puncak pimpinan politik umat Islam diwarnai dengan kedukaan yang luar biasa, dengan meninggalnya Rasulullah. Oleh sebab itu proses politik terpilihnya Abu Bakar  tidak banyak diketahui, dan ini kemudian menimbulkan ketidakpuasan Politik di-kalangan umat Islam, namun ketidak puasan tersebut tidak banyak menimbulkan permasalah-an. Permasalahan yang berkembang pada masa kepemimpinan Abu Bakar adalah :
1. Politik
Adanya konflik-konflik politik antara umat Islam, yang kemudian melahirkan sekte-sekte politik dikalangan umat.
·  Sekte-sekte politik tersebut kemudian diikuti tindakan pengingkaran sebagian umat Islam yang menolak kepemimpinan Abu Bakar terseubut diwujudkan dengan penolakan mereka terhadap kewajiban Zakat.
·  Di samping memerangi mereka yang membangkang,  Abu Bakar  juga mengirim pasukan untuk menaklukan negara lain seperti Syiria, Parsi dan Mesir.
2. Theologis dan Hukum
·  Penolakan terhadap kewajiban  Zakat melahirkan problem theologis dan hukum baru, yang intinya apakah mereka telah termasuk dalam spektrum Murtad dan wajib diperangi atau tidak.
·  Berkembang sikap yang berlebihan dalam menyikapi peristiwa meninggalnya Rasul dengan menyatakan diri sebagai pengganti Kerasulullah Muhammad (Nabi Palsu).
·  Meluasnya wilayah geografis umat Islam, yang diikuti dengan bertambahnya jumlah umat, dengan latar belakang yang berbeda, melahirkan permasalahan hukum baru.
·  Peristiwa theologis dan hukum, terutama yang menyangkut penolakan kewajiban Zakat dan permakluman sebagai Nabi Palsu menyebabkan ketegangan politik. Ketegangan politik tersebut menyebabkan para Sahabat berketatapan untuk memberantas orang-orang yang menolak Zakat dan mengaku sebagai Nabi palsu, maka terjadilah pertempuran di Yamamah, yang menyebabkan umat Islam banyak yang menjadi Syuhada’ terutama para Hafidz. Peristiwa pertempuran Yamamah menyebabkan kekhawatiran umat terutama terhadap kelangsungan dan keberadaan al Qur’an. Untuk mengatasi hal-hal yang mungkin lebih buruk, maka dilakukan proses pengumpulan naskah al-Qur’an, atas usulan Umar bin Khattab.
Perluasan daerah yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah berusaha untuk menguasai Syiria dan Persia, untuk itu diutus 4 panglima perang yaitu Yazid bin Abu Sofyan (Damaskus), Abu Ubaidah bin Jarrah (di Hmos), Amru Bin Ash (Palestina) dan Surahbil bin Hasanah (Yordania), namun di tengah berkecamuknya perang melawan Romawi tersebut, Kholifah Abu Bakar meninggal dunia (Th 13 H.)

Umar bin Khattab
Dalam salah satu do’anya, Rasulullah pernah memohon agar Allah menegakkan agama Islam dengan salah satu dari dua Umar. Permohonan tersebut, memberikan nuansa ketergantungan kepada sosok Umar. Kenyataan menunjukkan bahwa Umar mempunyai kapasitas dan aksebilitas yang tinggi untuk membawa kemajuan Islam. Figur Umar menjadi jaminan keamanan dan kemantapan Islam, terutama pada awal perkembangannya, karena keberaniannya, kecerdasan dan ketegasan dalam memimpin umat Islam yang baru berkembang dan rawan perpecahan.
Prestasi monomental telah dihasilkan oleh Umar, terutama dalam memperbaiki kinerja birokrasi dalam hubungannya dengan rakyat’ dalam hal kepentingan politik dan perlakuan hukum. Prinsip egaliter sebagai salah satu nilai dasar ajaran Islam, menjadi kerangka dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah. Berdasarkan konsep-konsep tersebut, struktur dan nilai kehidupan yang dikembangkan adalah konsep hidup yang humanis dan demokratis. Tidaklah heran, jika dalam suatu kesempatan ia sempat diprotes oleh masyarakat karena perlakuan hukum/politik yang dianggap tidak adil.
Dalam aspek theologis, tidak banyak timbul permasalahan setelah kelompok orang yang menolak kewajiban Zakat dan Nabi Palsu di berantas pada masa Abu Bakar  As- Shidiq, akan tetapi timbul permasalahan baru dalam bidang theologis yaitu kemungkinan masuknya sistem theologi lain dalam ajaran sistem lain, mengingat semakin meluasnya wilayah Islam dengan latar belakang budaya nilai keagamaan yang berbeda. Sedangkan dalam aspek yang lain dapat di lihat pada paparan berikut.
1. Politik
·  Semakin mantapnya kehidupan politik yang demokratis yang ditandai dengan lancarnya komunikasi politik baik vertikal maupun horizontal.
·  Terjadinya perluasan wilayah kekuasaan Islam, yang meliputi wilayah Jazirah Arab, Parsi, Syiria dan Mesir. Dengan demikian wilayah kerajaan Klasik yang mempunyai tradisi dan kebudayaan tinggi, menjadi sumber kebanggaan Islam.
·  Berkembangnya lembaga dan organisasi politik yang ternyata memberikan dampak positif bagi perkembangan politik umat, terutama dengan adanya Ahlul Halli wa al Aqdi (DPR).
·  Terjadinya pelembagaam organisasi kenegaraan (birokrasi) yang dapat mendukung kinerja kepemimpinan Umar bin Khattab.
·  Pembagian wilayah negara menjadi dua pemerintahan, yaitu : Pemerintahan pusat (Sentralisasi) yang dikepala oleh seorang Kholifah Dan pemerintahan daerah (Desentralisasi) yang dipimpin oleh seorang Wali atau Gubernur.
·  Pembentukan organisasi-organisasi kenegaraan, misalnya Baitul Mal (Badan Keuangan Negara), Badan pemeriksa keuangan dan Jizyah, Departemen kehakiman (Dewan Qodhi pusat dan daerah), Organisasi/Lembaga ketentaraan (Katib al Jund), Organisasi/Lembaga kepolisian (Katib al Syurthah)
2. Pemikiran Islam dan Hukum
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, Umar adalah seorang yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik, maka pada masa Umar perkembangan pemikiran dan Hukum Islam sangat baik. Di antara contoh tradisi berfikir tersebut adalah :
·  Berkembangnya tradisi berfikir rasional, yang kemudian disebut dengan Ijtihad. Metode berfikir bebas yang pertama kali berkembang tersebut adalah Ra’yi (pendapat pribadi) yang sering dikemukakan oleh Umar bin Khattab
·  Terjadinya rasionalisasi ajaran Islam, terutama pada pokok ajaran yang mengan-dung makna ideal dan moral (ajaran yang mengandung makna ideal). Ketentuan hukum dan nilai religiusitasnya tidak dipahami sebagaimana teks (bunyi) hukumnya atau ketetapan legalnya, melainkan lebih mengarah pada pemahaman gagasan dan ide yang terkandung di dalamnya, misalnya :
1.    Pembatalan hukuman potong bagi pencuri yang kelaparan dan yang mengambil hak dari tuan yang mempekerjakannya
2.    Pembatalan pembagian harta rampasan bagi pelaku peperangan dan mendaya gunakannya sebagai alat produksi dan pendapatan negara, setelah dibentuk organisasi ketentaraan dan mereka mendapat gaji dari negara.
3.    Umar bin Khattab meninggal ole Fairuz budak dari Mughiroh bin Syibah – budak tersebut amat dendam kepada Umar, karena Umar lah yang menyebabkan Persia hancur.

Utsman bin Affan
Utsman bin Affan adalah salah satu Sahabat Rasulullah yang mempunyai kelebihan finansial. Ia dikenal sebagai Sahabat yang memiliki kemampuan bisnis dengan memanfaat-kan peluang-peluang yang ada. Maka tidaklah berlebihan jika disebut sebagai seorang konglemerat Islam zaman Rasulullah. Utsman naik kepuncak kepemimpinan Islam bersamaan dengan makin besarnya interest dan konflik politik dikalangan umat Islam. Melihat hal tersebut, ketika Umar akan meninggal dunia, ia memberikan 6 figur yang dianggapnya representatif menggantikan dirinya seteleh dilakukan pemilihan nanti, di antaranya adalah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib. Jatuhlah pilihan tersebut pada Utsman bin Affan, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1.  Umat Islam menganggap Utsman lebih Tua dan lunak dalam mengelola pemerintahan
2.  Umat Islam trauma dengan cara Umar memerintah yang keras dan disiplin, dan nampak-nya sifat-sifat tersebut ada pada Ali bin Abi Thalib.
Secara umum, sedikit prestasi yang dapat kita temukan pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, apabila dibandingkan dengan masa pemerintahan Umar bin Khattab. Hal tersebut boleh jadi disebabkan oleh kondisi politik dan masa kekhalifaan Utsman bin Affan yang hanya sekitar 6 tahun. Walaupun demikian terdapat hal-hal yang menarik untuk dikemukakan sebagai hasil karya gemilang kekhalifaan Utsman bin Affan, yaitu :
1. Di lanjutkkannya proses pembukuan al Qur’an, setelah dilakukan gerakan pengumpulan naskahnya pada masa Abu Bakar Ash Shidiq, dalam satu musyhaf induk yang disebut dengan “Musyhaf Utsmani”. Musyhaf tersebut dicetak sebanyak 8 Examplar dan kemudian disebar ke kota-kota besar Islam. Program ini dilakukan dalam rangka :
·           Menyelematkan naskah dan sumber ajaran Islam dari kerusakan, pemalsuan dan prilaku negatif lainnya.
·           Menyatukan tulisan dan bacaan al Qur’an (yang diakui bacaannya sebanyak 7 bacaan), yang selama ini menjadi salah satu sumber konflik keagamaan umat Islam.
·           Menghapus seluruh naskah yang dimiliki oleh umat Islam dan hanya mengakui bacaan, bentuk dan tulisan dari musyhaf Utsmani.
2. Pembangunan kekuatan armada militer ummat Islam, dengan memanfaatkan Syiria sebagai pangkalan militer
3. Perluasan daerah meliputi Daerah Persia, Azerbeizan, Armenia, Asia Kecill, Pesisir laut Hitam, Cyprus dan Afrika Utara (Tunisia, Marokko dan Al Jajair).
3. Sedangkan perkembangan perpolitikan uamt, berkembang satu kecenderungan yang berbeda dengan praktek politik pada masa Rasulullah dan dua khalifah sebelumnya, yaitu teerjadinya budaya Nepotisme dan pemborosan uang negara. Nepotisme adalah pengangkatan orang dekat, keluarga dan suku mereka sendiri. Lebih lanjut, perubahan visi politik Utsman adalah sebagai berikut :
·                 · Memberikan penghargaan yang lebih tinggi kepada pelaku politik yang berasal dari keluarga atau suku mereka. Konsep politik tersebut sekarang dikenal dengan Nepotisme. Dan ingat prilaku politik seperti itu tidak ada dalam ajaran Islam.
· Menciptakan poros kekuasaan dengan meletakkan wilayah Syiria (Damaskus) yang di-pimpin oleh Muawiyah bin Abu Sofyan sebagai representasi pemikiran dan perlakuan politik.
Para ahli sejarah memperkirakan sebab perubahan visi politik Utsman bin Affan dari demokratis menjadi nepotisme disebabkan oleh ketidakmampuan Utsman merangkul seluruh komponen umat Islam, terutama pada umat Islam yang kontra dengan kebijakan Utsman yang sangat lemah dan tidak berwibawa dibandingkan dengan Umar. Lemahnya dukungan dari umat Islam, terutama sahabat yang terpilih, menyebabkan Utsman berpaling kepada anggota keluarganya dan praktek politik nepotis seperti itu melahirkan gejolak politik yang baru, mendorong penguatan opoisi dan penentangan terhadap Utsman.
Lebih lanjut, perlakuan politik tersebut mendorong lahirnya intrik politik dan kecurigaan yang tidak terselesaikan antara umat Islam. Pada perkembangan berikutnya lahirlah rekayasa untuk menghancurkan lawan atau yang disebut dengan konspirasi politik, baik oleh pihak penguasa maupun mereka yang tidak suka dengan keputusan politik penguasa. Puncak dari konspirasi politik tersebut adalah terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, yang pada gilirannya menjadi pemicu pergantian (suksesi) kepemimpian yang tidak mulus dan barangkali tidak di sadari adalah mengendapnya dendam politik para elit politik umat Islam, yang sewaktu-waktu meletus dan menghanguskan integritas umat Islam secara keseluruhan. Sekali lagi peristiwa pembunuhan Utsman menjadi bara politik yang terus merenggut korban politik umat Islam berikutnya, termasuk Ali bin Abi Thalib.

Ali bin Abi Thalib
Siapapun tahu siapa Ali bin Abi Thalib, seorang yang sejak muda telah bergelut dengan perjuangan menegakkan Islam. Ia adalah Saifullah yang tidak pernah absen dalam mengikuti peperangan membela agama Allah, ketika ia menjadi tumbal kebenaran dengan mengganti tempat tidur Rasulullah. Ia adalah menantu tersayang dari Rasulullah, yang hidup dan prilaku mirip Rasulullah, ia adalah ahlul bait yang berusahan membersihkan dari perbuatan dosa. Namun nasib Ali bin Abi Thalib tidak lebih baik dari Utsman bin Affan, ia meninggal dunia karena konspirasi politik yang sangat tidak manusiawi. Akhirnya dalam catatan sejarah keluarga Umaiyah, Ali bin Abi Thalib adalah sebuah kotoran yang harus dibersihkan dari baju dan kemeja kesombongan Bani Umaiyah.
Ali bin Abi Thalib menggantikan kedudukan Utsman bin Affan dalam situasi politik yang sangat tegang, menyusul kematian Utsman bin Affan dalam sebuah tragedi politik yang memilukan. Tragedi politik tersebut memperkuat kelompok politik dengan kepentingan politik yang berbeda, misalnya :
1.                       Kelompok pro Utsman, yang menyatakan bahwa pelaku pembunuhan Utsman adalah kelompok Ali bin Abi Tholib. Kelompok ini dipelopori oleh Muawiyah.
2.                       Kelompok Ali yang merasa tidak mempunyai kaitan dengan persekongkolan pembunuhan Utsman bin Affan.
3.                       Kelompok pro Aisyah dan Zubair, yang keduanya tidak suka dengan naiknya Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah.
Perseteruan politik tersebut melahirkan ketegangan politik, yang berujung dengan peperangan, misalnya peperangan “Berunta” (Ali dengan Aisyah). Peperangan Hijaz antara Ali dengan Zubair, dan yang paling menggemparkan adalah peperangan antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abu Sofyan (Perang Siffin). Peperangan antara Zubair bin Awwam dengan Ali, dalam perspektif sejarah sangat sulit ditentukan oleh sebab-sebabnya, apakah Zubair  melakukannya karena membela Utsman atau karena kepentingan politik pribadi, termasuk di dalamnya dengan Aisyah (mertua Ali). Aisyah sendiri merasa tida puas atas kematian Utsman dan ingin menuntut balas pada Ali bin Abi Thalib.
Peperangan terakhir (Ali dengan Muawiyah), hampir-hampir dimenangkan oleh Ali bin Abi Thalib, jika bukan karena kelihaian Amr bin Ash yang mengangkat al-Qur’an. Aksi Amru tersebut telah memaksa Ali untuk menyelesaikan konflik di meja perundingan (Majlis Tahkim) yang hasilnya justru membawa Ali pada posisi yang sangat lemah, kalau tidak boleh dikatakan sebagai satu kekalahan Ali dari Muawiyah.
Peristiwa Majlis Tahkim tersebut mampu membawa pada situasi Colling Down (penurunan suhu) politik dikalangan umat Islam, yang kemudian dikenal dengan “Amul Jama’ah”. Namun peristiwa-peristiwa politik yang lain telah membuyarkan Amul Jama’ah menjadi api konflik yang membuat umat memendam dendam yang tiada henti-hentinya, ter-utama ketika mereka mengingat peristiwa Majlis Tahkim. Ada tiga kelompok politik pasca Majlis Tahkim, yaitu :
1.                       Kelompok Muawiyah bin Abu Sofyan, yang diuntungkan dalam majlis Tahkim dan merasa menjadi penguasa politik yang baru, dengan pusat pemerintahan di Damskus.
2.                       Kelompok Ali bin Abi Thalib yang telah diperdaya oleh petualang politik dalam majlis tahkim. Kelompok ini disebut dengan “Syiah”
3.                       Kelompok orang yang tidak puas dengan Ali dan Muawiyah, kelompok ini disebut dengan Khawarij. Kelompok ini beranggapan bahwa orang yang terlibat dalam Majlis Tahkim telah keluar dari Islam dan harus dihukum bunuh.
Maka disusunlah konspirasi politik untuk membunuh mereka, diantara orang yang masuk dalam target operasi (TO) pembunuhan oleh kelompok Khawarij adalah Ali bin Abi Thalib, Muawiya bin Abu Sofyan dan Amru bin Ash. Ketiga orang tersebut menurut mereka adalah tokoh-tokoh Majlis Tahkim, dan yang berhasil mereka bunuh adalah Ali bin Abi Thalib, maka dengan meninggalnya Ali bin Abi Thalib, penguasaan politik umat Islam beralih ke Muawiyah bin Abi Sofyan, yang memindahkan pusat kekuasaannya dari Madinah ke Damaskus Syiria.

C.           Masa Daulah Umayyah
 A. Sejarah Berdirinya Daulah Amawiyah
Nama”daulah Amawiyah” itu berasal dari nama”Umaiyah ibnu’Abdi Syam ibnu’Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin-pemimpin kabilah Quraisy dizaman jahiliyah. Umaiyah ini senantiasa bersaingan dengan pamannya, Hasyim ibnu Abdi Manaf, untuk merebut pimpinan dan kehormatan dalam masyrakat bangsanya. Umayyah dinilai memiliki cukup persyaratan untuk menjadi pemimpin dan dihormati oleh masyarakat. Ia berasal dari keluarga bangsawan kaya dan mempunyai sepuluh putra. Pada zaman pra-Islam, orang yang memiliki ketiga kelebihan itu berhak memperoleh kehormatan dan kekuasaan.
 Sesudah datang agama islam berubahlah hubungan antara Bani Umayyah dengan saudara-saudara sepupu mereka bani Hasyim, oleh karena persaingan-persaingan untuk merebut kehormatan dan kekuasaan tadi berubah sifatnya menjadi permusuhan yang lebih nyata, bani umayyah dengan tegas menentang Rasulullah, baik mereka yang telah masuk islam ataupun yang belum. Dan dalam peperangan badr, kekuasaan Quraisy hampir semuanya berpusat pada Bani ABdi Syam. Dan setelah ia mengetahui bahwa kaum muslimin dimadinah mencegat iring-iringan untanya itu dalam perjalannya ke Mekkah , maka ia meminta kepada orang-orang Quraisy untuk beramai-ramai menolongnya.
Bani Umayyah barulah masuk agama islam setelah mereka tidak menemukan jalan lain, selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad bersama beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar percaya kepada kerasulan dan pimpinannya, menyerbu masuk kekota Mekah.
Bani Umayyah tergolong yang belakang masuk Islam. Setelah masuk Islam, mereka memperlihatkan loyalitas dan dedikasi tinggi terhadap agama tersebut. Dalam setiap peperangan yang dilakukan oleh kaum Muslimin misalnya, mereka tampil dengan semangat kepahlawanan, seolah-olah ingin mengimbangi keterlambatan mereka masuk Islam dengan berbuat jasa besar kepada Islam.
Karena sikap baik, ada diantara mereka yang dipercayakan untuk menduduki jabatan penting. Mu’awiyyah bin Abu Sufyan (21 SH / 602 M – 60 H / 600 M) misalnya pada masa Nabi SAW diangkat menjadi penulis wahyu dan pada masa khalifah Umar bin Khattab (42 SH / 581 M – 23 H / 644 M) diangkat pada tahun 641 sebagai Gubernur di Suriah. Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan (47 SH / 576 M – 35 H / 656 M). Bani Umayyah juga mendapat banyak keuntungan, pemberian hadiah dan jabatan, kekuasaan yang membentang dari Suriah sampai Pantai Laut Tengah. Ia memanfaatkan masa tersebut untuk mempersiapkan diri dan meletakkan dasar pendirian sebuah dinasti. Harapan itu lebih besar terbuka setelah Utsman bin Affan di bunuh pada tahun 656 oleh para pemberontak yang menentang kebijakan nepotisme dan penyalahgunaan harta baitul mal untuk keperluan pribadi dan keluarga.
Ketika Ali bin Abi Thalib (603 M – 40 H / 661 M), yang diangkat oleh sahabat Nabi SAW di Madinah sebagai khalifah pengganti Utsman, memerintahkan Umayyah untuk menyerahkan jabatan, ia menolak. Sebaliknya, ia malah menuduh Ali terlibat dalam pembunuhan Utsman atau paling tidak melindungi pemberotak yang melindunginya. Sikap Mu’awiyyah yang menentang Ali di pandang sebagai pemberontakan terhadap pemerintah yang sah dan harus diperangi sampai taat kembali, hingga akhirnya Ali dan pasukannya segera berangkat untuk memerangi Mu’awiyyah di Suriah.
Kedua pihak setuju memilih seorang hakam (perantara) sebagai perunding dan pencari jalan penyelesaian sengketa. Pihak Mu’awiyyah memilih Amr bin Ash dan dari Ali, Abu Musa al-‘Asy’ari (sahabat Nabi SAW, w. 72/53 H) yang disetujui mayoritas penduduk Irak. Tahkim tersebut berakhir dengan kekecewaan di pihak Ali. Ketika Abu Musa mengumumkan turunnya Ali dari jabatannya, Amr bin Ash segera menyetujuinya dan menetapkan Mu’awiyyah sebagai khalifah. Rencana tersebut ternyata tidak sepenuhnya berhasil, Ibnu Muljam (pengikut khawarij) 661 hanya berhasil membunuh Ali ketika Ali ke Masjid Kuffah. Adapun Mu’awiyyah dan Amr bin Ash selamat dari rencana tersrbut.
  Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam Pada Masa Bani Umaiyah
                                      
A. Perkembangan Pada Bidang Social, antara lain :         
1.      Terciptanya ketertiban kehidupan masyrakat karena sudah adanya peraturan dan Perundang –undangan Negara dan adanya lembaga penegak hukum, seperti lembaga pengadilan dan kepolisian .
2.          Terciptanya kemakmuran dan keadilan yang merata karena pemerintah telah memberikan hak-hak dan perlindungan yang sama kepada warga.
3.           Terpelihara dan terjaminnya masyrakat kelas bawah seperti anak yatim orang lumpuh, buta dan lain-lain.
4.         Dibangunnya rumah sakit, jalan raya, sarana dan olahraga (seperti gelanggang pacuan kuda), tempat-tempat minum ditempat yang strategis, kantor pos, pasar/pertahanan sebagai sarana prasarana umat.

B.     Perkembangan Pada Bidang Budaya, antara lain :
1.      Bahasa arab berkembang luas keberbagai penjuru dunia dan menjadi salah satu bahasa resmi Internasional disamping bahasa Inggris.
2.      Mencetak mata uang dengan menggunakan bahasa arab yang bertuliskan “la ilaha illallah” dan disebelasnya ditulis kalimat”Abdul Malik”.
3.      Mendirikan pabrik kain sutera, Industri kapal dan senjata, gedung-gedung pemerintahan
4.      Membangun irigasi-irigasi sebagai sarana pertanian
5.      Membangun kata Basrah dan Kuffah sebagai pusat perkembangan ilmu dan adab
6.      Membuat administrasi pemerintahan dan pembukuan keuangan Negara
7.      Mengembangkan ilmu dan pertanian.

Adapun tokoh-tokoh yang berhasil dalam membangun dan mengembangkan social budaya pada masa Daulah Bani Umayyah :
a.       Khalifah Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)
b.      Kalifah Walid bin Abdul Malik       (86-96 H/705-715M)
c.       Khalifah Umar bin Abdul Aziz        (99-101H/717-720M)
d.      Kalifah Hisyam bin Abdul Malik      (105-125H/724-743M)

C. Perkembangan/Prestasi Pada Bidang Politik Militer Yaitu Dengan Terbentuknya Lima Lembaga Pemerintahan, antara lain :
1.      lembaga politik         (An-Nizam As-Siyasi)
2.      lembaga keuangan     (An-Nizam Al-Mali)
3.      lembaga tata usaha     (An-Nizam Al-Idari)
4.      lembaga kehakiman   (An-Nizam Al-Qadai)
5.      lembaga ketentraman (An-Nizam Al-Hardi)

        Di samping itu juga di bentuk dewan sekretaris Negara ( diwanul kitabah ) yang bertugas mengurusi berbagai macam urusan pemerintahan dewan ini terdiri dari lima orang sekretaris, yaitu:
1.      sekretaris persuratan                 ( katib Ar Rasal )
2.      sekretaris keuangan                  ( katib Al Kharraj )
3.      sekretaris tentara                       ( katib Al Jund )
4.      sekretaris kepolisian                  (katib Al Jund )
5.      sekretaris kehakiman                (katib Al Qadi )

Langkah-Langkah politik  militer bani umayah :
1.      Memindahkan ibu kota pemerintahan bani umayyah dari kuffah ke damaskus
2.      Menumpas segala bentuk pemberontakan yang ada demi terciptanya  stabilitas keamanan dalam negerinya.
3.      Menyusun organisasi pemerintahan agar roda pemerintahannya dapat berjalan lancar
4.      Mengubah sistem pemerintahan demokrasi menjadi system monarki
5.      Menetapkan bahasa arab sebagai bahasa nasional bani umayyah yang dapat berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa
6.      Demi keselamatan khalifah dibentuk al-hijabah (ajudan) dengan tujuan agar tidak terjadi pembunuhan pada khalifah
Tokoh-Tokoh yang berperan dalam pengembangan politik dan militer antara lain :
1.      Khalifah muawiyah
2.      Khalifah abdul malik bin marwan
3.      Khalifah wahid bin abdul malik
4.      Khalifah sulaiman bin abdul malik[2]

C.  Tokoh Ilmuwan Muslim Dan Perannya Dalam Kemajuan

Kebudayaan/Peradaban Islam Pada Masa Bani Umaiyah
Sejak masa Rasulullah dan dilanjutkan masa khulafaurrasyidin ilmu pengetahuan islam yang bersumber dari Al.Qur’an dan Hadist Nabi menjadi sumber pertumbuhan dan perkembangan ilmu-ilmu agama islam. Semangat mencintai agama islam yang sempurna inilah yang menyebabkan perkembangan ilmu-ilmu islam cepat menyebar dikalangan umat islam baik yang berbangsa arab sebagai penerus pembawa cahaya islam maupun non-arab sebagai penerima atas kehadiran islam.
Salah satu pembawa misi cahaya islam tersebut adalah Dinasti Umaiyah, karena keturunan Umaiyah yang kemudian mendirikan pemerintahan Umaiyah memiliki prestasi  disegala bidang baik social, politik, militer, kebudayaan/kesenian dan utamanya kemajuan dibidang keilmuan islam. Seperti ilmu hadist, tafsir, fikih, tauhid dan tasawuf.
1.      Bidang Ilmu Hadits
a.      Umar bin Abdul Aziz, ketika ia diangkat sebagai khalifah, progam utama pemerintahannya terfokus pada usaha pengumpulan hadist untuk dibukukan  Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-zuhri seorang yang tepat dan siap melaksanakan perintah kholifah, maka ia bekerja sama dengan perowi-perowi yang dianggap ahli untuk dimintai informasi tentang hadist-hadist nabi yang berceceran ditengah masyarakat islam untuk dikumpulkan, ditulis dan dibukukan.
Abu Bakar Muhammad, dianggap pengumpul hadits yang pertama pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz ini.Jejak Abu Bakar Muhammad, diikuti oleh generasi dibawahnya, seperti Imam Malik menulis kumpulan buku hadist terkenal Muwatha’, imam Syafii menulis Al-Musnad. Pada tahap selanjutnya, program pengumpulan hadist mendapat sambutan serius dari tokoh-tokoh islam, seperti:
1.      Imam Bukhari, terkenal dengan Shohih Bukhari
2.      Imam Muslim, terkenal dengan Shohih Muslim
3.      Abu Daud, terkenal dengan Sunan Abu Daud
4.      An –Nasa’i, terkenal dengan Sunan An-Nasa’i
5.      At-Tirmidzi, terkenal dengan Sunan At-Tirmidzi
6.      Ibnu Majah, terkenal dengan Sunan Ibnu Majah
Kumpulan para ahli hadist tersebut diatas, terkenal dengan nama Kutubus Shittah.
b.      Dibidang Ilmu Tafsir
Untuk memahami Al-Qur’an para Ahli telah melahirkan sebuah disiplin ilmu baru yaitu ilmu tafsir, ilmu ini dikhususkan untuk mengetahui kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika Nabi masih hidup, penafsiran ayat-ayat tertentu dituntun dana ditunjukkan melalui malaikat Jibril. Setelah Rasulullah wafat para sahabat Nabi seperti Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud. Ubay bin Ka’ab mulai menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an bersandar dari Rasulullah lewat pendengaran mereka ketika Rasulullah masih hidup.
Dalam perkembangan generasi berikutnya, pada masa Dinasti Umayyah Islam telah berkembang  luas. Apalagi pemahaman terhadap Bahasa Arab bagi umat non-Arab mengalami kesulitan. Makalahirlah tokoh-tokoh dibidang Tafsir, seperti Muqatil bin Sulaiman (w.150H), Muhammad bin Ishak, Muhammad bin Jarir At-Thabary (w. 310).
c.       Dibidang Ilmu Fiqih
Al –Qur’an sebagai kitab suci yang sempurna, merupakan sumber utama bagi umat islam, terkhusus dalam menentukan masalah-masalah hukum. Pada masa Khulafaurrasyidin, penetapan hukum disamping bersumber dari Rasulullah dilakukan sebuah metode penetapan hukum, yaitu ijtihad. Ijtihad pada awalnya hanya pengertian yang 
            Sederhana, yaitu pertimbangan yang berdasarkan kebijaksanaan yang dilakukan dengan adil dalam memutuskan sesuatu msalah.
Pada tahap perkembangan pemikiran  islam, lahir sebuah ilmu hukum yang disebut Fiqih, yang berarti pedoman hukum dalam memahami masalah berdasarkan suatu perintah untuk melakukan suatu perbuatan, perintah tidak melakukan suatu perbuatan dan memilih antara melakukan atau tidak melakukannya. Pada masa ini bermunculan para tokoh ahli fiqih, antara lain :
1.      Sa’id bin Al-Musayyid (Madinah)
2.      Salim bin Abdullah bin Umar (Madinah)
3.      Rabi’ah bin Abdurahman (Madinah)
4.      Az –Zuhri (Madinah)
5.      Ibrahim bin Nakha’ai (Kufah)
6.      Al –Hasan Basri (Basrah)
7.      Thawwus bin Khaissan (Yaman)
8.      Atha’ bin Ra’bah (Mekah)
9.      Asy –Syu’aibi (Kufah)
10.  Makhul (Syam)

Pada zaman dinasti Umayyah ini telah berhasil meletakkan dasar-dasar hukum islam menurut pertimbnagan kebijaksanaan dalam menetapkan keputusan yang berdasar Al-Qur’an dan pemahaman nalar/akal.
d.      Bidang Ilmu Taswuf
Taswuf merupakan sebuah ilmu tentang cara mendekatkan diri kepada Allah saw, tujuannya agar hidup semakin mendapatkan makna yang mendalam, serta mendapatkan ketentraman jiwa. Ilmu tasawuf berusaha agar hidup manusia memilki akhlak mulia, sempurna dan kamil. Munculnya tasawuf, karena setelah umat semakin jauh dari Nabi, terkadang hidupnya tak terkendali, utamanya dalam hal kecintaan terhadap materi. Tokoh –tokoh dalam hal tasawuf antara lain sebagai berikut :
a.      Hasan Al-Basri
Hasan al-Basri mengenalkan kepada umat tentang pentingnya tasawuf, karena tasawufdapat melatih jiwa/hati memiliki sifat zuhud(hatinya tidak terpengaruh dengan harta benda, walau lahiriyah kaya), sifat roja’(harta benda, anak-anak, jabatan tidak bisa menolong hidupnya tanpa adanya harapan ridho dari Allah swt) dan sifat khouf(sifat takut kepada Allah swt yang dalam dan melekat dalam jiwanya).
b.      Sufyan Ats-Tsauri
Beliau lahir dikufah tahun 97 H, mempunyai nama lengkap: Abu Abdullah Sufyan bin SA’id Ats-Tsauri. Pemikiran bidang taswuf merangkum sebagai berikut:
1.      Manusia dapat memiliki sifat zuhud, bila saat ajalnya menghampirinya, karena kelezatan dunia telah diambil Allah swt, maka manusia baru ingat makna kehidupannya.
2.      Manusia dalam menjalani hidup didunia harus bekerja keras agar hidupnya tercukupi, dengan kerja manusia dapat terhindar dari kegelapan dan kehinaan.
c.       Rabi’ah Al’Adawiyah
Beliau seorang wanita muliakarena kesadaran dan kecintaannya kepada Allah. Dalam kemiskinan dan kehinaan, Rabi’ah menjalani hidup kesufian, setiap hari air mata mengalir, karena getaran taubat, ingatan dzikir dan laparnya nestapa setiap harinya.
d.      Ibrahim bin Adham
Tokoh tasawuf yang satu ini, berasal dari Persia. Seorang pangeran dari kerajaan Persia  yang meninggalkan kehidupan mewah di sekitarnya. Untuk menjalani hidup sederhana dengan mendalami ilmu tasawuf. Peringatan Ibrahim kepada manusia tertulis dalam sindirannya yang indah:”do’a-do’a kalian tidak didengar oleh Nya disebabkan hatimu telah mati”.
D.           Masa Abbassiyah

Sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan dikalangan kaum muslimin, dimulai sejak masa Rasulullah saw karena beliau mewajibkan umat islam untuk menuntut ilmu, baik itu ilmu yang berhubungan dengan agama  maupun ilmu yang berhubungan dengan pengetahuan umum. Sebagaimana sabda rasulullah Saw:
Artinya:
“menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslimin dan muslimah” (HR. Ibnu Abdil Barr)

Dengan diwajibkannya menuntut ilmu itulah kemudian lahirlah ulama-ulama, antara lain: Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Setelah Rasulullah wafat, perkembangan ilmu pengetahuan berkembang kenegara-negara lain, mulai dari semenanjung Arab, Eropa, bahkan sampai ke Cina.
      Daulah islamiyah yang telah berjasa mengembangkan islam dimulai pada masa Umayyah dan mencapai puncaknya pada masa Daulah Abbasiyah (750M-1258M). Pusat perkembangan ditimur adalah dikota Bagdad yaitu di negeri Irak dan berpusat di Kordoba yaitu negeri spanyol. Sebagai tanda kejayaan umat islam, mendirikan perpustakaan terbesar didunia yaitu Baitul Hikmah tahun 830 M.
 
a.      Sejarah Singkat Bani Abbasiyyah
Daulah Bani Abbasiyyah berkuasa selama 5 abad yaitu mulai tahun 132 – 656 H / 750 – 1258 M, menggantikan Daulah Bani Umayyah yang telah berkuasa selama 92 tahun (40 – 132 H / 660 – 750 M).  Dengan wafatnya Marwan bin Muhamad dalam suatu pertmpuran melawan Bani Abbasiyyah, maka berakhir pulalah kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan bani Abbasiyyah, karena para pendiri dan kholifahnya merupakan keturunan dari Abbas bin Abdul Mutholib (paman Nabii Muhammad s.a.w.) 
Kholifah yang pertama  kali menduduki jabatan adalah Abdul Abbas Asy Syafah yang berkuasa pada tahun 132 – 136 H / 750 – 753 M yang kemudian diikuti oleh kholifah-kholifah yang lain silih berganti sebanyak 37 kholifah. Selama berkuasa Daulah bani Abbasiyyah mengalami masa kejayannya, mulai dari berdirinya hingga sampai pada masa pemerintahan kholifah Alt Watsik Billah tahun 232 H / 879 M. Masa  tersebut merupakan masa yang gilang gemilang, bahkan dapat dikatakan masa keemasan bagi umat Islam.
Diantara kholifah yang besar adalah Abu Abbas Asy Sofa, Abu Jafar al Mansyur, Harun arRasyid, Al Makmum, Al Mu’tazim dan Al Watsik. Mereka adalah para kholifah yang telah menghantarkan ke puncak masa kejayaan dan keemasan daulah bani Abbasiyyah. Setelah itu  hampir tidak ada kholifah yang besar lagi, ini dikarenakan mereka lebih banyak disibukkan dengan hal duniawi dan saling berebut kekuasaan.
Kholifah yang terakhir adalah Al Mu’tazim yang berkuasa pada tahun 124 H / 1258 M dan mati  terbunuh oleh pasukan Mongol pimpinan Hulogu Khan (cucu dari  Jengis Khan).  Sesudah al watsik masih ada lagi 28 kholifah yang memerintah. Tetapi pada umumnya mereka kurang membawa kemajuan, adapun kholifah yang terakhir yaitu Al Muktasim. Dengan tumbangnya bani Umayyah, maka kekuasaanpun pindah ke tangan bani Abbasiyyah, berikut wilayah kekuasaannya kecuali Kordova Spanyol, sehingga wilayahnya meliputi :
Afrika Utara, Mesir, Tripoli dan sekitarnya juga negaa-negara yang berbeda di Asia Tengah sepeti Turki, Siberika, Romawi Timur, Persia, Irak, Yaman, Palestina, Afghanistan dan sebagian India dengan Ibukotanya Bagdad.
Dalam aktivitas pemerintahannya Daulah bani Abbasiyyah mengambil pusat kegiatannya dikota Bagdad dan sekaligus dijadikan sebagai ibu kota negara. Dari sinilah segala kegiatan baik politik, sosial, ekonomi, keuangan, kekuasaan, pengetahuan, kebudayaan dan lain-lain dijalankan. Kota Baghdad dijadikan sebagai kota pintu terbuka, artinya siapapun boleh memasuki dan tinggal di kota tersebut, sehingga semua bangsa yang menganut berbagai agama dan keyakinan diijinkan bermukim didalamnya, dengan begitu Baghdad menjadi kota interenasional yang sangat ramai dan didalamnya berkumpul berbagai unsur : Arab, Turki, Persia, Romawi. Qibthi dan sebagainya.
Sehingga bisa diketakan, bahwa pada masa pemerintahan Bani Abbasiyyah upaya perluasan  daerah kurang begitu diperhatikan akan tetapi dibidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan terjadi  kemajuan yang begitu spektakuler, hal ini ditandai dengan munculnya para ilmuwan/cendekiawan dan  ulama yang terkenal seperti halnya Ibnu Sina Al Gozali  –Al Farabi, Imam Syafii, Hanafi, Hambali,  Imam Maliki, Ibnu Rusydi kholifah yang telah membawa kemajuan bani Abbasiyyah dan lain-lain.

Perkembangan Islam Pada Masa Bani Abbasiyyah
Pada masa Daulah Abbasiyyah kehidupan peradaban Islam sangat maju, sehingga pada masa itu dikatakan sebagai jaman keemasan Islam, karena kaum muslim sudah sampai pada puncak kemuliaan, baik kekayaan, bidang kekuasaan, politik, ekonomi dan keuangan lebih lagi dalam bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan  agama maupun pengetahuan umum mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai ilmu telah lahir. Hal ini dikarenakan antara lain :
a.       Penerjemahan buku berbahasa asing seperti halnyaYunani, Mesir, Persia, India dan lain-lain kedalam bahasa Arab dengan sangat gencar.
b.      Penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh kaum muslimin itu sendiri.  Buku-buku yang diterjemahkan antara lain : Ilmu kedokteran, Kimia, Ilmu Alam, Mantiq (logika), Filsaft Al Jabar, Ilmu Falaq, Matematika, Seni dan lain-lain
Penerjemahan dan  penelitian tersebut pada umumnya dilakukan pada masa pemerintahan Abu Ja’far, Harun ar Rosyid – Al Makmum dan Mahdi. Lebih-lebih pada masa pemerintahan Harun Ar Rosyid, beliau sangat serius dalam memajukan pengetahuan tersebut, sehingga didirikanlah lembaga ilmu pengetahuan yang diberi nama “BAITUL HIKMAH” sebagai pusat penerjemahan penelitian dan pengkajian ilmu perpustakaan serta lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi).
Dengan begitu kaum muslimin dapat mempelajari berbagai ilmu dalam bahasa Arab. Dan hasilya bermunculan sarjana-sarjana besar muslim dari berbagai disiplin ilmu yang sangat terkenal juga ulama-ulama besar yang sangat tersohor seperti halnya iman Abu Hanafi – Imam Malik – Imam Syafi’i – Imam Hambali, Imam Bukhori dan imam muslim dan lain-lain. Kemajuan demikian tidak lain karena kepemimpinan dijalankan para kholifah/Sultan yang mempunyai kharisma, professional disamping kaum muslim juga mempunyai kesadaran yang tinggi dalam memperjuangkan islam ke tempat yang paling atas. Akhirnya terjadilah perpaduan yang sangat menguntungkan bagi perkembangan peradaban Islam.
Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para khalifah dan pembesar lainnya membuka peluang seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan, Para khalifah sendiri pada umumnya adalah ulama-ulama yang mencintai ilmu, menghormati para sarjana dan memuliakan para pujangga. Mereka benar-benar menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, mereka mempraktekkan syareat  islam : bahwa tinggi rendahnya derajat  dan martabat seseorang tergantung pada banyak sedikitnya pengetahuan yang ia miliki disamping ketakwaannya pada Allah SWT., sebagaimana firman Allah :
SWT QS. Al Mujadalah [58] : 11
Artinya :
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS. Al Mujaddalah.11).

Para kholifah dalam memandang ilmu pengetahuan sangat menghargai dan memuliakannya. Oleh karena itu mereka membuka peluang seluas-luasnya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan kepada seluruh mahasiswa baik dari kalangan islam maupun kalangan lainnya. Para khalifah sendiri pada umumnya seorang ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan  para pujangga. Kebebasan berfikir sangat dijunjung tinggi. Para sarjana (ulama) dibebaskan untuk berijtihad mengembangkan daya intelektualnya dan bebas dari belenggu taqlid. Hal ini menjadikan ilmu pengetahuan umum atau agama berkembang sangat tinggi. Sebagai bukti antara lain :
a.       Didirikanlah Baitul Hikmah sebagai pusat penterjemahan, peneliti dan pengkajian ilmu pengetahuan baik agama maupun umum.
b.      Didirikan “Majelis Munazarot” yaitu suatu tempat berkumpulnya para sarjana muslim, untuk membahas ilmu pengetahuan, para sarjana muslim untuk membahas ilmu pengetahuan, para sajarna muslim diberi kebebasan berfikir dari ilmu pengetahuan tersebut.
c.       Dibentuk Korps Ulama yang anggotanya terdiri dari berbagai negara dan berbagai agama yang bertugas menterjemahkan, membahas dan menyusun sisa-sisa kebudayaan kuno, sehingga pada masa itu muncullah tokoh-tokoh muslim yang menyebarluaskan agama Islam dan menghasilkan karya-karya yang besar antara lain
1)      Imam Abu Hanifah ( 700 – 767 M ). Imam Malik ( 713 – 765 M ) Imam Syafii ( 767 – 820 M ) Imam Ahmad bin Hanibal ( 780 – 857 M ). Para mujtahiq yang mencurahkan segala kemampauannya untuk mendapatkan ilmu praktis dan syareat Islam yang digali dari Qur’an dan hadist yang terkenal dengan ilmu  fikih. Sehingga ajaran islam mudah untuk diamalkan.
2)      Imam Sibawaih, is bin Umar as Saqofi sebagai tokoh bahasa Arab, Nahwu shorof Balaghoh dan lain-lain. Imam bukhori dengan hasil karyanya shoheh Bukhari.
a)      Imam Muslim dengan hasil karyanya shoheh muslimnya
b)      Imam Abu dawud dengan hasil karyanya Sunan Abu Dawudnya.
c)      Imam bin Majah dengan hasil karyanya Sunan ibnu majahnya
d)     Imam Tirmidhi dengan hasil karyanya sunan Tirmidhinya
3)      Rabi’ah al Adawiyah ahli tasawuf dengan ajarannya mahabbah.
4)      Abu Hamid Muhammad bin Ahmad Ghozali dengan hasil karyanya ihya ulumudin

   Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Kebudayaan Di Masa Bani Abbasiyyah.
Kemajuan yang dicapai pada masa kejayaan Islam, yakni terjadi pada masa pemerintahan Daulah bani Abbasiyyah, dalam segala bidang, khususnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dll. Pada masa itu kemajuan ilmu pengetahuan begitu pesatnya, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya.
a.      Perkembangan Ilmu Pengetahuan
1)      Ilmu Tafsir
Ilmu tafsir yaitu ilmu yang menjelaskan tentang makna/kandungan ayat Al Qur’an, sebab-sebab turunnya ayat / Azbabun nuzulnya, hukumnya dan lain-lain. Adapun ahli tafsir yang termasyur ketika itu antara lain :
a)      Ibnu Jarir At Thabari dengan tafsirnya Al-Qur’annul Azim sebanyak 30 juz 
b)      Abu muslim muhammad bin Bahr isfahany (mu’tazilah), tafsinya berjumlah 14 jilid.
2)      Ilmu Hadist
Ilmu hadist adalah ilmu yang mempelajari tentang hadist dari sanat, perawinya, isi dll. Pada masa itu bermunculan ahli-ahli hadist yang besar dan terkenal beserta hasil karyanya, antara lain :
a)  Imam bukhari, lahir di Bukharo 194 H di  Baghdad, kitabnya yang termasyur
adalah al-Jami’us shohih dan terkenal dengan shohih Bukhori.
b)  Imam  Muslim  wafat tahun 216 H di Naisabur. Kitabnya Jaim’us Shohih dan
terkenal dengan ”Shahih Muslim”
c)  Abu Dawud dengan kitab hadistnya berjudul “Sunan Abu Dawud”.
d)  Ibnu majah dengan kitab hadistnya Sunan Ibnu majah.
e) At-Turmizi dengan kitabnya “Sunan Turmidhi

3)  Ilmu Fikih
Ilmu fikih, yaitu ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum Islam (segala sesuatu
yang diwajibkan, dimakruhkan, dibolehkan dan yang diharamkam oleh agama Islam.
Beberapa tokoh fikih yang termasyur ialah :
a)  Imam Abu Hanifah ( 80    150H / 700    767M ) beliau menyusun madzhabnya yaitu madzhab Hanafi.
b)  Imam Malik Bin Anas, lahir di Madinah tahun 93 H / 788 M dan meninggal di
Hijaz. Pada tahun 170 H / 788 M, beliau menyusun madzhab Maliki.
c)  Imam Syafii nama lengkapnya adalah Muhammad bin Idris bin Syafi’i ( 150 
204H /  767    820M ), sewaktu berumur 7 tahun sudah hafal Al-Qur’an dan
menyusun madzhabnya yaitu madzhab Syafi’i.
d)  Imam Hambali ( 164 – 241H / 780 – 855M ), beliau menyusun madzhabnya, yaitu madzhab Hambali. Para mujtahidin mencurahkan segala kemampuannya untuk
mendapatkan ilmu-ilmu praktis dalam syariat Islam sehingga umat Islam dengan
mudah dapat melaksanakan.
4)  Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf, yaitu ilmu yang mengajarkan cara-cara membersihkan hati. Pikiran dan ucapan dari sifat yang tercela, sehingga tumbuh rasa taqwa dan dekat kepada Allah. Untuk  dapat mencapai kebahagiaan abadi (bersih lahir dan bathin).
Orang muslim yang menjalani kehidupan tasawuf disebut “Sufi”. Tokohnya antara lain :
a)  Rabi’ah Adawiysah (lahir di Baghdad tahun 714 M ajaran tasawufnya dinamakan “Mahabbah” .
b)  Abu Hamid bin Muhammad bin ahmad Ghozali (1059  – 111 M) –  hasil karyanya yang terkenal adalah “Ihya Ulumuddin”
c)  Abdul Farid Zunnu Al Misri, lahir tahun 156 H / 773 M – 245 H / 860 M), beliau dapat  membaca Hieroglif yang ditinggalkan di zaman Firaun (Mesir).

5)  Filsafat Islam
Filsafat islam adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakekat segala sesuatu yang ada, sebab asal hukumnya atau ketentuan-ketentuannya berdasarkan al-Quran dan hadist.
Manfaat filsafat islam adalah untuk menemukan hakekat segala sesuatu sebagai ciptaan Allah dan merupakan bukti kebesaranNya. ( QS Ali Imran 190 )


Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinyamalam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”(QS. AliImron 190).
Adapun tokoh filsafat Islam antara lain :
a)  Al-Kindi ( 185    252H / 805    873M ), terkenal dengan sebutan “Filosof Arab”  beliau menerjemahkan buku-buku asing kedalam bahasa arab.
Bermacam-macam ilmu telah dikajinya, terutama filsafat. Al Kindi  bukan hanya  Filosof, tetapi juga ahli ilmu matematika, astronomi, formakologi dan sebagainya.

b)  Al Farabi ( 180 – 260H / 780 – 863M ) beliau menerjemahkan buku-buku asing kedalam bahasa Arab. Al Farabi banyak menulis buku mengenai logika, matematika, fisika, metafisika, kimia, etika dan sebagainya. Filsafatnya mengenai logika antara lain dalam bukunya “Syakh Kitab al Ibarah Li Aristo”, menjelaskan  logika adalah ilmu tentang pedoman yang dapat menegakkan pikiran dan dapat menunjukkannya kepada kebenaran.
Dia digelari sebagai guru besar kedua, setelah Aristoteles yang menjadi guru besar pertama, buah karyanya banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa.

c)  Ibnu Sina (Abdullah bin Sina) ( 370 – 480H / 980 – 1060M ),
Di Eropa dikenal dengan nama Avicena.  Sejak kecil ia telah belajar bahasa arab, geometri, fisika, Logika, Teologi Islam, Ilmu-ilmu Islam dan Kedokteran. Beliau seorang dokter di kota Hamazan Persia menulis buku-buku kedokteran dan mengadakan penelitian tentang berbagai macam jenis penyakit, beliau juga  seorang filosof yang terkenal dengan idenya mengenai faham serba wujud atau Wahdatul wujud, juga ahli fisika dan ahli jiwa.
Pada usia 17 tahun ia sangat terkenal. Karangan Ibnu Sina lebih dari dua ratus
buku, yang terkenal antara lain :
1. ASY SYIFA, buku ini adalah buku filsafat, terdiri atas empat bagian yaitu
logika, fisika, matematika dan metafisika.
2. AL-QONUN  atau CANON OF MEDICINE. Menurut penyebutan orangorang  barat, buku ini pernah diterjemahkan kedalam bahasa latin dan pernah  menjadi buku standar  untuk Universitas-universitas Eropa sampai akhir abad ke 17.

d)  Ibnu Rusyd
Dilahirkan di Cardova pada tahun 250 H / 1126 M dan meninggal tahun 675 H /  1198 M. Dia dikenal di Eropa dengan nama Averroes. Dia adalah ahli filsafat yang dikenal  dengan sebutan bapak Rasionalisme, dia juga hali ilmu hayat, ilmu fisika, ilmu  falak, ilmu akhlaq juga ilmu kedokteran, ilmu fikih. Karyanya antara lain :
- Fasul Maqol fima Baina al Hikmati Wasyari’at Minal Ittisal.
- Bidayatul Mujtahid
- Tahafutut Tahafud
- Fikih
Karangan beliau hingga kini masih banyak dijumpai di perpustakaan Eropa dan Amerika .
6)  Kedokteran
Pada masa daulah bani Abbasiyyah kedokteran mengalami perkembangan dan  kemajuan, khususnya tatkala pemerintahan Harun ar Rosyid dan khalifah-khalifah besar sesudahnya.
Pada waktu itu sekolah-sekolah tinggi kedokteran didirikan, sehingga banyak mencetak sarjana kedokteran.Diantara dokter-dokter muslim tersebut yang terkenal antara lain :
a)  Hunain Ibnu Iskak, lair pada tahun 809 M dan meninggal pada tahun 874 M. beliau adalah dokter spesialis mata, karyanya adalah buku-buku tentang berbagai  penyakit, dan banyak menerjemahkan buku-buku kedokteran yang berbahasa Yunani kedalam bahasa Arab.
b)  Ibnu Sina, disamping filosof juga sebagai tokoh kedokteran, bukunya yang sangat  terkenal dibidang kedokteran adalah Al-Qonun Fi Al-tib dijadikan buku pedoman kedokteran di Universitas-universitas Eropa maupun negara-negara Islam.

7)  Astronomi adalah ilmu yang mempelajari perjalanan matahari, bumi, bulan dan
bintang-bintang dan planet-planet yang lain(ilmu perbintangan).
Tokoh-tokohnya antara lain :
- Abu Mansur Al Falaqi
-Jabir Al Batan, beliau pencipta alat teropong bintang yang pertama

8)  Matematika
Para tokohnya antara lain :
­  Al-Khawarizmi (194 – 266 H)
­ Beliau telah menyusun buku Aljabar, dan yang menemukan angka nol (0).
­ Angka 1-9 berasal dari Hindu, yang telah dikembangkan oleh umat Islam (Arab).
­ Umar Khayam
Buku karyanya adalah Treatise On Algebra dan buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Perancis .



9)  Sejarah
Sejarah ialah ilmu yang mempelajari tentang berbagai peristiwa masa lampau yang meliputi waktu dan tempat peristiwa itu terjadi, pelakunya, peristiwanya dan disusun secara sistimatis.
Dengan mempelajari sejarah seseorang dapat mengambil pelajaran dan manfaatnya  dan hikmahnya dari peristiwa tersebut.
Firman Allah  dalam QS Yusuf [12] : 111
artinya : “Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat Pengajaran bagi  orang-orang  yang  mempunyai akal.” (QS. Yusuf 111)

Tokoh Sejarah antara lain :
a)  Ibnu Qutaibah (828 M – 889 M0 dengan hasil karyanya Uyun Al Akhbar yang berisi sejarah politik negeri-negeri islam.
b)  At Thabari (839 M – 923 M) menulis tentang sejarah para rasul dan raja-raja.
c)  Ibnu Khaldun 1332 M – 1406 M hasil karyanya Al-Ihbar banyaknya 7 jilid dan setiap jilidnya berisi 500 halaman.

D.  Perkembangan Kebudayaan

Kemajuan yang dicapai Daulah bani Abbasiyyah, disamping ilmu pengetahuan, berkembang pula bidang kebudayaan yang ditandai dengan munculnya berbagai karya seni. Dalam bidang seni rupa telah mengalami kemajuan yang pesat antara lain pahat, ukir, sulam, seni lukis, kaligrafi dan lainlain. Hal ini bisa dilihat di dinding-dinding istana kholifah, masjid, gedung yang indah dan megah.
Seni ukir, kaligrafi, hasil karyanya bisa diliha di Masjid-masjid, istana kholifah dan  gedunggedung yang megah. Seni sulam menghiasi permadani, pakaian, hiasan dinding  dan sebagainya.
Demikian juga dengan seni lainnya diantaranya :
­  Seni Lukis mengalami kemajuan dan lahirlan pelukis terkenal yang bernama Abdul Karim mansur yang nama aslinya Firdaussi. Beliau yang pertama kali membuat buku bergambar di dunia ini dengan judulnya Syah Nama. Buku ini telah disalin kedalam bahasa Perancis, Inggris dan Jerman.
­  Seni Bangunan, berdiri gedung-gedung yang kokoh dengan arsiteknya yang indah dan megah, antara lain : istana Raja, Masjid, dan lain-lain.
­  Seni Suara, Seni Musik dan Seni Tari  juga mengalamii kemajuan sebagai bukti muncullah penyanyi-penyanyi terkenal, sekolah, sekolah musik dan pabrik-pabrik alat musik. Demikian juga dengan seni bahasa bermunculan sastrawan-sastrawan terkenal.


Kesimpulan
1.    Masa Nabi Muhammad SAW
Beberapa hal yang melandasi pengembangan ilmu pengetahuan pada zaman Rasulullah adalah;
  1. Wahyu pertama yang diawali dengan perintah membaca, membaca adalah kemampuan awal dalam menggali ilmu pengetahuan.
  2. Bangsa Arab pada umumnya mempunyai daya hafal yang tinggi.
  3. Rasulullah membangun tradisi menulis dengan menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai penulis wahyu Al-Qur’an yang merupakan sumber ilmu pengetahuan.
  4. Disamping itu, didalam Al-Qur’an pun terdapat dorongan untuk menuntut ilmu (QS. Al-Mujadalah : 11)
2. Masa Khulafaurrasyidin
Dengan bimbingan Rasulullah munculah para sahabat yang memiliki kempampuan dalam bidangnya. Seperti :
  1. Umar bin Khattab ahli dalam bidang hukum dan management lembaga pemerintah.
  2. Abdullah bin Umar merupakan salah satu pengumpul hadits.
  3. Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Masud dan Ubay bin Kaab menguasai bidang tafsir.
  4. Abdullah bin Abbas mahir dalam asbabun nuzul, faroid, dan sejarah peperangan Rasulullah.
  5. Pada masa Khulafaurrasyidin ilmu pengetahuan berkembang pesat terutama masa Umar bin khattab, saat itu wilayah Islam sampai ke Syiria, Mesir, dan Palestina.
3. Masa Daulah Umayyah
  1. Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Umayyah dikelompokan sebagai berikut.
  2. Ilmu Pengetahuan Agama (Ulumuddin) yang bersumber pada Al-Qur’an dan hadits nabi.
  3. Ilmu Sejarah (Ulum Al-Tarikh) membahas perjalanan hidup, kisah, dan riwayat.
  4. Ilmu Bahasa (Ulum Al-Lughah) mempelajari nahwu dan sharaf.
  5. Ilmu Filsafat (Ulum Al-Falasifa) ilmu yang berasal dari bahasa asing seperti ilmu mantik (logika), kedokteran, kimia, astronomi, dan ilmu hitung.
                        4. Masa Abbasiyah
  • Perkembangan ilmu pengetahuan islam mencapai puncak kejayaan pada masa abbasiyah, meliputi ilmu naqli (tafsir, hadits, kalam, tasawwuf, bahasa, fiqh) dan ilmu naqli (filsafat, kedokteran, optik, astronomi, matematika, kimia, sejarah, geografi, seni, dan mekanik)
  • Ilmuwan muslin menjadi peletak dasar perkembangan ilmu-ilmu modern pada saat ini.








Penutup
Demikian hasil diskusi kelompok kami yang dapat kami paparkan mengenai pandangan islam terhadap daging hewan yang di jual di swalayan atau di mall , tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena keterbatasan pengetahuan kami.
                                    Kami harap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun terhadap makalah ini demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalan di kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua .
Amiin.